SUARA INDONESIA TUBAN

Jalan Pantura Tuban-Pakah Sering Dilanda Banjir. Ini Penyebabnya

Irqam - 21 January 2021 | 17:01 - Dibaca 553 kali
Peristiwa Daerah Jalan Pantura Tuban-Pakah Sering Dilanda Banjir. Ini Penyebabnya
Kendaraan angkutan masih nekat menerobos arus banjir di jalan Pantura Tuban-Pakah

TUBAN – Hujan deras yang mengguyur sejak Rabu (20/01/2021) siang, menyebabkan banjir merendam jalan di jalur Pantura Tuban, tepatnya di Desa Gesing dan Tunah, Kecamatan Semanding.

Selain merendam jalan, sejumlah sawah yang berada di pinggir jalan Surabaya-Semarang tersebut juga terendam air banjir. Salah satu titik terparah berada di sebelah selatan Jembatan Kepet.

Berdasarkan pantauan suaraindonesia.co.id, rata-rata kedalaman air yang menggenang di jalan sekitar 20-30 centimeter atau setara dengan betis orang dewasa. 

Banjir yang terjadi mengharuskan kendaraan yang melintas berjalan merayap. Bahkan menyebabkan sejumlah kendaraan roda dua mogok karena terendam air.

Teguh Prayogo (28), warga Desa Plandirejo, Kecamatan Plumpang ini terpaksa mendorong motornya, lantaran mendadak berhenti saat dipaksa menerjang jalan yang penuh dengan air berwarna kecoklatan tersebut.

"Akhir-akhir ini, jalan Tuban-Pakah sering banjir. Jadi harus berhati-hati saat lewat, apalagi jalannya rusak dan lubang jalan ini juga tertutup air sampai tidak kelihatan," ujar Teguh kepada suaraindonesia.co.id, Kamis, (21/01/2021). 

Ia mengaku, jika sejak awal musim hujan, jalan Pantura ini selalu terendam air. Kendati begitu, dirinya terpaksa melintasi jalan tersebut. Sebab, jika menggunakan jalan alternatif harus memutar dengan jarak yang lebih jauh. Jalan alternatif yang biasa dipilih yaitu melewati jalan Pakah-Cendoro-Palang atau Jalan Semanding-Grabagan-Rengel. 

"Kalau lewat jalur alternatif harus berputar jauh dan perlu waktu yang lama, jadi terpaksa melintas disini (jalan Pakah-Tuban,red),” tandasnya. 

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tuban, Agung Supriadi menjelaskan, banjir yang terjadi karena adanya kiriman air dari bukit atau dataran tinggi di sekitar jalan. Debit air kiriman dari wilayah bukit itu tidak mampu ditampung meski sudah dibangun saluran air di tepian jalan.

"Dugaan sementara karena intensitas hujan yang tinggi, sehingga air tumpah ke jalan," ungkapnya.

Ia menjelaskan, tata lahan dan wilayah sekitar mengalami perubahan dalam kurun waktu 10-20 tahun terakhir. Perubahan tersebut tidak menutupkan kemungkinan menjadi penyebab banjir. Sehingga perlu dilakukan kajian lahan dan wilayah secara menyeluruh.

Agung Supriadi menambahkan, banjir yang terjadi tidak disebabkan adanya pembangunan jembatan baru di sisi utara jembatan Kepet. Untuk memastikan hal tersebut, akan dikoordinasikan dan dikaji lebih lanjut. Pihaknya akan melakukan kajian mendalam dengan melibatkan pihak-pihak terkait. 

"Akan dilakukan koordinasi dengan semua pihak dan pemangku kebijakan dari Kabupaten Tuban, provinsi, dan pusat," pungkasnya. (Irq/jun) 

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Irqam
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya