TUBAN - Kasus stunting atau kekurangan gizi di Kabupaten Tuban masih tinggi. Pada tahun 2022, jumlah penderita anak kekurangan gizi mencapai ribuan. Hal ini pun menjadi pekerjaan besar yang harus ditangani pemerintah setempat.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, periode Agustus hingga November 2022, ada sebanyak 5.272 kasus stunting di Kabupaten Tuban. Data tersebut diperoleh dari pemantauan rutin tumbuh kembang anak dengan jumlah balita tertimbang sebanyak 76.976 anak.
"Kalau gizi buruk yang stunting iya masih banyak," kata Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban Bambang Priyo Utomo, Kamis (15/12/2022).
Jumlah kasus di tahun 2022, ia menyebutkan, berkurang dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai hampir 6.000 kasus stunting. "Kemarin data dari provinsi jumlah kasus stunting di Tuban mengalami penurunan," ungkap Bambang sapaan akrabnya.
Bambang menjelaskan bahwa penyebab balita mengalami stunting paling dominan dipengaruhi oleh pernikahan dini. Sebab, bagi perempuan yang menikah dibawah usia 18 tahun, organ rahimnya belum terbentuk sempurna.
Selain itu, kemiskinan juga mempengaruhi terjadinya stunting. Keterbatasan ekonomi membuat masyarakat tak sanggup memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang pada anak.
"Pernikahan dini ini semakin menambah risiko stunting kita tinggi," ujarnya.
Masih tingginya kasus stunting di Tuban, lanjut Bambang, upaya penanganan terus dilakukan Dinkes P2KB Tuban. Hal ini mulai berkoordinasi dengan semua pihak, yakni dengan PUPR PRKP terkait pembuatan jamban dan air bersih.
Dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk mengatasi permasalahan limbah sampah. Kemudian dengan Dinas Sosial terkait pemberian bantuan bagi keluarga kurang mampu.
"Kemudian dengan Dinas Pertanian dan Peternakan. Kita sudah koordinasikan, semua kita libatkan," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Irqam |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi