SUARA INDONESIA TUBAN

Harga Gabah di Tuban Anjlok, SPI Sayangkan Kebijakan Pemerintah Impor Beras

Irqam - 06 March 2021 | 20:03 - Dibaca 8.79k kali
Peristiwa Harga Gabah di Tuban Anjlok, SPI Sayangkan Kebijakan Pemerintah Impor Beras
Foto: Karsono saat memanen padinya di sawah Kecamatan Merakurak, Sabtu (06/03/2021), (Irqam/suaraindonesia.co.id)

TUBAN - Anjloknya harga gabah disaat panen raya dikeluhkan petani di Kabupaten Tuban. Harga gabah yang tidak sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) di Tuban, diduga karena musim panen raya yang bersamaan dan kualitas gabah yang memburuk akibat terendam banjir.

Sejumlah petani di Tuban mengaku merugi, hasil panen yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

Karsono (45), Petani asal Kecamatan Merakurak mengatakan, ia terpaksa segera menjual gabah miliknya meskipun dengan harga murah untuk modal tanam selanjutnya.

"Saya sebenarnya ingin nunggu sampai harga gabah membaik untuk di jual, tapi mau gimana lagi kami butuh biaya tanam berikutnya. Belum lagi kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi," kata Karsono, Sabtu, (06/02/2021).

Sebelumnya, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tuban, Darmadin Noor mengatakan kepada suaraindonesia.co.id (02/03/2021), bahwa turunya harga gabah karena kualitas padi yang baru dipanen tidak bisa maksimal. Karena sebelumnya sempat terendam air banjir beberapa hari.

Darmandi Noor Juga mengungkapkan, untuk HPP gabah di Tuban sendiri sebesar 3.700 ribu.

"Untuk harga gabah yang dilapangan harga gabah yang roboh tergenang air harganya rendah 3.000 ribu, untuk gabah hasil blower kecil yang kotorannya masih banyak, kisaran 3.200 ribu, kalau blower besar normal 3.400 – 3.500 ribu, dan combie bagus harga gabah 4.000 ribu," jelas Darmadin Noor.

Penurunan harga gabah di Tuban menuai tanggapan dari Ketua Pusat Pembenihan Nasional Serikat Petani Indonesia (SPI) Kusnan, menurutnya banyak indikator yang mempengaruhi harga gabah mengalami penurunan yang sangat drastis. 

"Hujan yang terjadi memasuki  musim panen berdampak pada kualitas gabah, sehingga harganya jatuh kemudian pasokan gabah yang melimpah dipanen raya kali ini", ungkap Kusnan.

Meski begitu, Ia menilai tidak semestinya HPP di Tuban dibawah yang ditetapkan pemerintah pusat sesuai yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No 24 tahun 2020.

"Harga 4.200 ribu sudah menjadi acuan nasional, masak diturunkan jadi  3.700, lalu petani dapat apa. Dengan harga 4.200 ribu saja petani dapat untung sedikit. Belum lagi upah jasa pekerja terus naik, ditambah lagi kelangkaan pupuk yang terjadi membuat petani terpaksa membeli pupuk non subsidi," tegasnya.

Pria asal Tuban itu juga menyayangkan terkait rencana impor beras sebesar 1 juta ton yang dilakukan Kementrian Perdagangan (Kemendag) RI dalam waktu dekat, justru disaat harga gabah dalam negeri jatuh dengan pasokan gabah yang terbilang aman.

"Tuban sendiri adalah pusatnya lumbung pangan, pemerintah seharusnya mencari solusi supaya harga bisa kembali stabil. Misalnya saja dengan mengoptimalkan penyerapan hasil panen dari para petani dengan harga tinggi. Saya kuatir harga semakin jatuh kalau tetap impor," pungkasnya. (Irq/Nang) 

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Irqam
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya