TUBAN - Dampak mahalnya harga cabai rawit merah di pasaran membuat cabai rawit busuk laku alias diserbu konsumen. Kondisi ini terlihat di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Tuban.
Suwarni (50), seorang penjual cabai rawit di Pasar Baru Tuban mengatakan, akibat harga cabai yang mahal membuat masyarakat atau pembeli cenderung memilih cabai yang mulai membusuk dibandingkan dengan cabai rawit yang berkualitas baik. Sebab, harganya lebih murah.
"Cabai yang pateken atau ada sedikit busuk ini banyak dicari pembeli, karena harganya murah," ujar Suwarni saat ditemui di kiosnya, jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, Jumat (05/03/2021).
Untuk menyiasati mahalnya cabai rawit, rata-rata pembeli yang mempunyai usaha warung cenderung memilih cabai busuk. Alasannya ialah, cabai tersebut akan dikeringkan terlebih dahulu sebelum dijadikan olahan.
"Hari ini, harga cabai sedikit busuk ini masih murah, hanya 30 ribu, cabai kering 50 ribu, dan cabai rawit yang bagus bisa sampai 120 ribu. Kalau cabai pateken yang basah atau yang dikeringkan sehari bisa menjual sampai 5 kilogram," ungkapnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun suaraindonesia.co.id, harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional yang ada di Tuban dalam beberapa hari belakangan kian naik.
Adapun harga cabai rawit tiap harinya selalu mengalami kenaikan, mulai dari 70 ribu per kilogram, kemudian naik menjadi 90 ribu per kilo, naik lagi 95 ribu, hingga 110 ribu per kilogram. Hingga kini, cabai rawit kian pedas, bahkan hari ini tembus hingga 120 ribu per kilo.
Suwarni menduga, mahalnya harga cabai rawit itu disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi, sehingga banyaknya petani cabai yang mengalami gagal panen. Akibatnya, cabai dipasaran relatif langka.
"Harga cabai rawit di Pasar Baru Tuban ini tidak menentu. Hari ini saja harga 120 ribu yang merah. Untuk cabai yang hijau sendiri harganya 35 ribu sampai 40 ribu. Tingginya harga cabai ini, pembeli juga mengurangi pembeliannya yang biasanya satu kilogram jadi setengah kilogram," ujarnya.
Di tempat yang sama, Partini (45), warga Kecamatan Tuban ini mengaku jika cabai merupakan kebutuhan pokok masyarakat, apalagi dirinya juga sebagai pedagang warung makan, sehingga harus tetap beli, meski jumlahnya dikurangi.
"Walaupun harga tinggi, mau gimana lagi saya butuh, jadi harus beli walaupun sedikit. Saya ini hanya beli setengah kilo, itupun cabai yang hijau dan pateken," keluhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperdindag) Tuban, Agus Wijaya mengaku bahwa pemerintah belum bisa mencari solusi terkait melambungnya harga cabai di pasar Tuban. Sebab, dibeberapa wilayah, petani mengalami kendala, sehingga hasil panennya tidak bisa maksimal.
"Memang curah hujan masih cukup tinggi, sehingga hasil panen petani menurun, bahkan ada yang gagal panen," tambahnya.
Untuk menjaga ketersediaan pasokan cabai, pihaknya menjalin komunikasi dan kordinasi dengan pemerintah daerah lain, agar tidak terjadi kelangkaan. Hal ini dilakukan untuk menekan harga agar tetap berada dibawah 100 ribu.
"Semoga suplai cabai tidak sampai tersendat, agar harga tetap bisa ditekan. Syukur-syukur bisa kembali normal seperti sediakala," pungkasnya. (Irq/Nang)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : M. Efendi |
Editor | : |
Komentar & Reaksi