TUBAN - Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio telah dibangun Patung Dewa Empat Muka yang bernama Se Mien Fo. Patung yang langsung didatangkan dari Bangkok Thailand tersebut ditempatkan di halaman belakang lingkungan TITD Tuban, Jawa Timur.
Penilik Domisioner TITD Kwan Sing Bio, Alim Sugiantoro menyebutkan, patung Budha empat muka ini segaja didatangkan langsung dari negeri gajah putih ini agar umat di Indonesia yang belum bisa pergi ke Thailand dapat berkunjung ke Klenteng Kwan Sing Bio Tuban untuk sekalian beribadah.
"Patung Budha Sei Mien Fo ini asli dibawa dari Bangkok," ucap Alim Sugiantoro, Jumat, (06/11/2020).
Patung empat muka setinggi 129 centimeter ini bakal diresmikan pada 9 November 2020 mendatang, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Se Mien Fo, oleh Bhante Khanit Sannano Mahathera, Biksu yang juga didatangkan dari Thailand.
"Setelah diresmikan, nantinya orang Indonesia yang belum bisa ke Bangkok karena pandemi, bisa datang ke Tuban. Karena di sini sudah ada patung empat muka asli dari Thailand," jelasnya.
Dibangunnya patung dewa ini tak lain sebagai bantuk kerukunan umat dan melengkapi unsur agama yang ada. Apalagi Klenteng Kwan Sing Bio sudah baku menjadi Tri Dharma sejak dulu, yakni Budha, Tao, dan Konghucu.
"Untuk menghormati sesama agama dan menjaga perdamaian, perbedaan umat di Klenteng Tuban harus dihormati, dan Klenteng tidak boleh di Vihara atau di Budha kan. Tri Dharma ini sudah harga mati," tegas Alim.
Ia menambahkan, perbedaan yang ada di Klenteng Tuban seharusnya dapat dijadikan contoh untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Karena selama ini, banyak umat yang datang ke Klenteng berasal dari luar daerah, namun mereka sangat menghormati perbedaan.
Sekedar diketahui, dana pembangunan rumah tari, rumah dewa empat muka, dan patung dewa empat muka itu berasal dari sumbangan keluarga Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban, yakni Alim Sugiantoro beserta istri, Henny Pudji Astuti, dan didukung beberapa pihak keluarga lainnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : M. Efendi |
Editor | : |
Komentar & Reaksi